Rabu, 25 Februari 2009

Kabut khayal

Gubrak! aku terjatuh dari kayu sandarku. Lamunku semakin berat dan khayalku semakin tinggi, bagaikan burung mesin yang terbang ke angkasa. Entah mengapa aku menjadi sering terbang dalam kabut-kabut khayalku. teman sekolah dan guru-guru di sekolahku juga sering mengomentari kegiatan lamunku.

Aku dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang kurang mampu, aku tinggal bersama orang tua serta kakak dan adikku. Rumahku bagaikan surga bagi keluargaku termasuk aku. Meskipun orang-orang memandang keluarga dan hunianku dengan sebelah mata. Ibu, bapak dan kakakku tak pernah malu dengan hunian yang terbuat dari lapisan triplek bekas. Meskipun begitu, keluargaku tak kunjung bosan untuk bergaul dan mengakui dirinya dalam dunia kemasyarakatan.

Aku menimba ilmu di SMAN 05 Cirebon, aku duduk di kelas 3 IPS yang merupakan kelas ilmu sosial di sekolahku. Alhamdulillah aku di pandang sebagai anak yang lumayan pandai oleh teman dan para guruku, aku selalu mendapat nilai melambung dan peringkat paling unggul setiap semesternya, tapi anehnya aku tak pernah dapat suport dan dukungan dari orang tuaku untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Ibu dan ayahku selalu berkata jangan pernah berfikir untuk masuk ke Universitas unggul, di Universitas biasa saja ibu dan bapak belum tentu bisa membiayai pendidikanmu. Betapa hancur dan sedihynya hatiku ketika aku mendengar lantunan kata itu dari bibir kedua orang tuaku. Aku sadar kan hal itu, karena orang tuaku tidak berkemampuan untuk membuayai pendidikanku. Satu minggu lagi UN akan diselenggarakan. Hatiku terus berdebar untuk menghadapinya, seolah tak siap untuk melawannya. Satu hari sebelumnya aku bertanya kepada kakakku, "Apakah kau rela melihat adikmu tak kuliah ka?" "Kamu jangan bermimpi!, untuk makan sehari-haripun susah, apalagi membiayai kuliahmu dik!" jawab kakakku dengan rasa kasihan. Terselenggaralah UN selama 4 hari. Waktu terus berjalan tanpa berhenti satu menitpun. Tibalah saat yang aku dan keluargaku tunggu pengumuman hasil kelulusanku, aku tak menyangka menjadi juara UN di sekolahku. namun sayang, aku tak dapat melanjutkan pendidikanku sampai Universitas.

Aku memutuskan untuk melamar kerja, tapi tak kunjung aku mendapatkannya. hingga aku menjadi seorang pembantu rumah tangga, di perumahan Pondok Indah, Jakarta. Aku sering kali di marahi oleh majikanku karena sering melakukan hobiku yaitu terbang dalam kabut kahayal. Aku berharap ada orang yang mau membiayai pendidikanku.


Entah mengapa semakin berjalannya waktu aku semakin tak nyaman dalam keadaanku belakangan ini. Aku selalu merasa terbelakang dan diacuhkan oleh keluargaku. Bagaikan manusia yang dijadikan tumpu permasalahan. Setelah satu tahun aku bekerja, aku dibiayai untuk melanjutkan pendidikanku, oleh majikanku. Aku di biayai kuliah di Universitas Kyoto, Jepang karena aku dianggap pandai oleh majikanku.

Setelah 4 tahun aku kembali ke Jakarta dan bekerja dalam perusahaan industri dunia "For The World" di Jakarta utara. aku dapat membangun sebuah rumah dan membiayai hidup keluargaku. Sehingga aku dapat hidup bahagia bersama keluargaku.

Para pembaca, ternyata berkhayal adalah kegiatan gratis yang dapat memotivasi diri. Ayo! teruslah berkhayal, jangan lupa do'a dan usahanya ya.......................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar